Jakarta — Program unggulan Brigade Pangan (BP) yang digagas oleh Kementerian Pertanian (Kementan) sejak 2023, terus menunjukkan dampak signifikan dalam meningkatkan produktivitas sektor pertanian sekaligus mencetak generasi muda sebagai pelaku utama ketahanan pangan Indonesia di masa depan.
Salah satu cerita inspiratif datang dari Awalludin Fajar (31 tahun), pemuda asal Desa Simpang Datuk, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi, yang sukses memimpin kelompok Brigade Simpang Datuk 3. Kelompok ini mengelola lahan seluas 205,09 hektare dan menjadi contoh nyata bahwa pertanian modern bisa menghasilkan pendapatan besar dan menarik minat generasi Z dan milenial.
“Dengan sistem kerja kolektif dan teknologi pertanian yang didukung Kementan, kami mampu menghasilkan rata-rata penghasilan Rp20 juta per bulan per anggota yang terlibat dalam budidaya,” kata Awalludin dalam keterangannya, Selasa (13/5/2025).
Selain dari hasil panen, sumber pendapatan lainnya datang dari peran anggota sebagai operator alat mesin pertanian (alsintan), khususnya combine harvester. Dalam satu musim panen selama 20 hari, operator bisa menghasilkan hingga Rp20 juta, sementara helper mendapatkan sekitar Rp6 juta.
Brigade Pangan ini juga berhasil meningkatkan produktivitas lahan dari sebelumnya 3,2–4 ton per hektare menjadi 5–6 ton per hektare, berkat pendampingan teknis intensif, adopsi pola tanam cerdas, serta penggunaan alsintan modern. Kementan mendistribusikan beragam alat pertanian seperti combine harvester, traktor roda dua dan empat, pompa air, dan rotavator ke Brigade Pangan Simpang Datuk, yang membuat pekerjaan petani semakin efisien.
Transformasi mindset generasi muda juga menjadi salah satu hasil besar dari program ini. Kini, bertani tidak lagi dianggap kuno, melainkan profesi berbasis teknologi dan bisnis yang menjanjikan.
“Harga gabah yang kami hasilkan juga stabil. Bulog membeli sesuai dengan HET, yaitu Rp6.500/kg, sehingga petani bisa meraih keuntungan berkelanjutan,” jelas Awalludin.
Brigade Pangan telah menjadi salah satu instrumen strategis pemerintah dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan global dan dampak perubahan iklim. Program ini merupakan langkah konkret regenerasi petani nasional, terutama karena data menunjukkan mayoritas petani di Indonesia berusia di atas 50 tahun.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam sejumlah kesempatan menegaskan pentingnya memperkuat Brigade Pangan sebagai ujung tombak pertanian modern, berbasis teknologi, dan berorientasi pasar.
“Brigade Pangan adalah investasi masa depan. Kami ingin mencetak petani muda yang bukan hanya bisa menanam, tapi juga berbisnis. Mereka harus paham teknologi, rantai pasok, dan nilai jual,” tegas Mentan Amran.
Selaras dengan visi Presiden Prabowo Subianto dalam menciptakan ketahanan pangan nasional dan pengurangan ketergantungan impor, program ini juga mendukung pilar Astacita Pemerintahan 2024–2029, terutama dalam penguatan ekonomi kerakyatan, pembangunan desa, dan penciptaan lapangan kerja di sektor riil.
Melalui pendekatan kolaboratif antara pemerintah, swasta, dan kelompok tani muda, Brigade Pangan Kementan diproyeksikan akan mencetak lebih banyak petani muda yang produktif, tangguh, dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Tujuannya tidak hanya menciptakan surplus pangan, tetapi juga menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan regional ASEAN di era kompetisi global.
Dengan keberhasilan yang telah ditorehkan dan komitmen pemerintah yang kuat, program ini diharapkan menjadi cetak biru regenerasi sektor pertanian Indonesia, sekaligus pilar utama menuju kedaulatan dan swasembada pangan nasional 2045.
Komentar